Setiap hari, tatkala fajar menggulung kabut kelam, kita disuguhkan dengan keindahan alam. Binar terang sang surya elok merekah. Rimbun tetumbuhan hijau menghadiahkan udara segar. Semerbak bunga dengan daun dan kelopak bercorak meski tak memintal. Merdu suara burung-burung bernyanyi bersahutan sambil berterbangan.
Mereka bersorak tanpa beban, seolah tak khawatir tak diberi makan oleh Pencipta. Mereka tidak menanam, tidak menuai, dan tidak mengumpulkan persediaan pangan ke dalam lumbung. Mereka adalah karya Sang Agung, Penguasa semesta.
“Sekalipun tak diberi akal, mereka hidup bahagia terpelihara
memberi warna dan semarak dalam jagat buana.”
Belajar dari alam dan hewan yang senantiasa dipelihara Tuhan, sudah sewajarnya kita sendiri mampu menyerahkan segala kekuatiran hidup. Bukankah kita adalah makhluk ciptaan yang paling Dia sayangi?
Kekuatiran Menghampiri
Bagaimana dengan kita? Apakah kita dapat hidup tenang bahagia? Atau adakah tersimpan perasaaan-perasaan kuatir yang membayangi tentang bagaimanakah hidup kita selanjutnya? Ketakutan itu membuat kita tidak berdaya, tidak percaya diri, mudah terombang-ambing, dan terbawa emosi.
Kekuatiran yang sifatnya mendasar biasanya terkait dengan masalah kesejahteraan keuangan. Akibatnya kita bekerja begitu keras hingga lupa bahwa hidup kita dalam pemeliharaan-Nya dan Ia tahu benar kebutuhan kita.
“Kekuatiran adalah senjata pelumpuh ketenangan jiwa.
Kita takut menghadapi peliknya masalah yang sebenarnya belum tentu terjadi.”
Mata Air Pengharapan
Untuk mengatasi rasa kekuatiran tersebut kita melakukan berbagai upaya. Misalnya, menabung sebanyak-banyaknya, melakukan investasi, atau pun mengikuti program jaminan hidup dengan berbagai manfaat perlindungan. Semua kita lakukan untuk membangun rasa aman di hidup kita hingga masa tua.
Tentunya tidak ada yang salah dengan upaya-upaya tersebut. Hanya saja, jangan sampai usaha kita tadi menggeser posisi utama Sang Pemilik hidup sebagai satu-satunya mata air pengharapan, kekuatan, keamanan, ketenangan, serta ketentraman sejati.
“Hidup kita bukan bergantung pada dunia dan apa yang ada di dalamnya.
Bilamana kekayaan dunia limpah tercurah,
janganlah hati berpaut padanya.”
Keajaiban Pemeliharaan
Sering kali kekuatiran dapat menutup mata kita saat akan menolong orang lain yang membutuhkan uluran tangan. Kita dihantui perasaan takut. Jika menolong, maka berkat kita akan berkurang. Padahal, berkat yang kita terima adalah titipan Sang Pemberi agar dapat berbagi. Dari sanalah kita belajar mengasihi tanpa harap kembali.
Kesukaran sehari, cukuplah untuk sehari, esok dengan kesukarannya sendiri. Ketika kekuatiran menghampiri ruang hatimu dan mengusik ketenangan jiwamu katakanlah “Tuhan, aku merasa kuatir, tolonglah agar rasa kuatir itu tidak menghimpit rasa percayaku pada-Mu sebab hidupku ada dalam tangan-Mu”.
“Jika belukar yang hari ini ada dan esok dicampakkan
ke dalam api sanggup Ia dandani,
apalagi kita manusia yang berharga sebagai biji mata-Nya.”
Waspadalah terhadap kekuatiran! Jangan biarkan semak duri kekuatiran menghimpit rasa percayamu kepada Sang Pemilik hidup sehingga menjadi layu dan mati. Pemeliharaan Tuhan tak hanya terlihat dari ruahnya berkat. Namun saat muslihat tersesat, pertolongan-Nya tiba pada waktu yang tepat.
Radian Kristiani