Berbicara masalah hati, memang tak akan pernah menemukan titik akhir. Terkadang terasa bahagia namun tak jarang terasa hampa dan kosong. Bersama hati, kau berpetualang menjelajah kehidupan yang berkecamuk dalam diri.
Kata hati selalu menjadi juara saat kau sedang berperang antara batin dan realita. Apa yang dikatakan oleh hati sering kau jadikan alasan untuk pembenaran-pembenaranmu dalam melakukan sesuatu.
Ironinya, kata hati masih sering mendominasimu dalam masa kelam. Kosong, hampa dan sendiri, ketiganya akan menjelma menjadi rasa yang begitu menyeramkan untuk dijalani. Seketika kau merasa begitu takut. Hatimu terombang-ambing dalam kegamangan yang entah kapan akan berakhir.
Tersesat dalam Jerat Kekosongan Hati
“Kekosongan hatimu menjadikan pengendalian dirimu begitu lemah.”
Titik-titik air mata mulai terurai dari sudut matamu. Dadamu mulai sesak dan kau hampir kesulitan bernapas. Sekali lagi kau terjerat dalam kekosongan. Kau merasa terjatuh dalam titik terendahmu. Serendah-rendahnya sampai kau pun tak sanggup mendangak untuk melihat puncak masa depanmu. Hatimu pilu sepilu-pilunya. Kau merasakan kehampaan yang teramat sangat. Memikirkan diri yang tak layak dan tak berdaya. Terlalu lemah dan seolah terjebak dalam keadaan yang tak bernyawa.
Kau terlalu berfokus hanya pada dirimu sendiri. Kau terlalu sibuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti terhadapmu. Kau mengungkung hatimu terlalu sempit dalam kehampaan yang menghimpitmu. Kau mengasihani dirimu berulang kali dan merundung dirimu akan kedukaan yang menimpamu.
Semakin kau memikirkan apa-apa saja yang membuat hatimu kosong, kau akan semakin terjebak dalam emosi yang tak terkendali. Kekosongan hatimu menjadikan pengendalian dirimu begitu lemah. Seketika kau mulai menyadari bahwa kau harus segera mendapat pertolongan yang berasal bukan dari dirimu sendiri.
Hadirnya Rangkulan Pemberi Kelegaan
Dalam ketidakberdayaanmu dan kekosongan hatimu, dalam hening yang hanya terdengar ratap tangismu, kau merasakan ada angin yang bersemilir menyibak tubuhmu. Perlahan dadamu yang sesak mulai menemukan kelegaan. Kau mulai mendangak perlahan sambil merasakan terus angin yang melegakanmu. Kau pun berusaha untuk mencerna pelan-pelan apa yang sedang kau rasakan. Kekosonganmu masih terasa namun kelegaan mulai menghampiri. Kau pasti bertanya, perasaan macam apa ini?
Mari kusampaikan ini, memang benar kau sedang dalam masa kekosongan, kau sedang terjatuh begitu dalam, tapi kau lupa ada yang sedang memperhatikanmu dari kejauhan. Ada tangan yang ingin meraih dan merangkulmu. Ada pundak yang disiapkan untukmu bersandar dan berkeluh-kesah. Ia mengirimkan angin-angin yang berhembus untuk menemanimu dan memberikan kelegaan padamu. Dan kau tersadar, bahwa angin itu membisikkan padamu agar kau menguatkan hatimu.
Menang atas Kekosongan
“Kau adalah versi manusia terhebat yang mampu mengendalikan diri
atas kekosongan yang sedang dihadapi.”
Hatimu yang kosong mulai terisi dengan kekuatan-kekuatan yang luar biasa. Pelan-pelan, angin itu mengangkat tubuhmu yang terjatuh, dan kau berdiri. Kau dimampukan untuk menata hatimu perlahan. Kau meyakinkan dirimu bahwa masa depanmu akan aman. Sekalipun kau melalui lika-liku kehidupan namun kau harus menguatkan hatimu bahwa kau mampu menerjang ombak besar itu. Kini hatimu mulai terisi penuh dengan kemantapan hati. Kau adalah versi manusia terhebat yang mampu mengendalikan diri atas kekosongan yang sedang dihadapi.
Apakah sekarang hatimu sudah terisi? Mungkin suatu saat isinya akan berkurang, tapi teruslah menarik energi baik dari sekitarmu, latih hatimu untuk mengelolanya lalu kemas dalam tingkah lakumu yang baik.
Jadikan dirimu agen kebaikan, sebarkan kebaikanmu untuk mengisi ruang-ruang hati mereka yang sedang kosong. Seperti dirimu yang dulu, yakinkan mereka bahwa mereka pribadi yang kuat yang mampu melewati fase terendahnya yang akan menerbangkannya tinggi bersama hati yang sudah terisi penuh oleh cinta.
Seraf Alien Sandrilla