Terbelenggu Cinta yang Fana
Sendiri menepi, mengenyam sepi, meresapi rintik hujan mengalun syahdu dalam dekapan malam temaram, mengiringi laju perjalanan sang waktu melintas dalam suasana alam. Secangkir teh jahe dalam seduhan cukup menghangatkan. Aromanya menenangkan. Kau tatap langit hitam kelam seraya mengidungkan larik cerita klasik jalinan kasih tempo silam yang tak lekang diterpa zaman. Desau lembut angin, lirih membisik sapaan yang masih terukir apik dalam sanubari yang pernah tercabik.
Entah apa yang membuatmu kala itu jatuh hati sejatuh-jatuhnya padanya. Cinta yang telah menggiringmu ke tepi jurang kehancuran nan terjal. Cinta yang telah membelenggu pikiranmu dalam pasung kesombongan. Cinta yang telah membuatmu tega mengkhianati dan melupakan siapa Penciptamu dan Penolongmu sesungguhnya.
Teguran Cinta
Masih terekam jelas dalam ingatan ketika kau membelakangi Tuhan. Kasih setiamu pada-Nya seperti kabut dan embun pagi yang hilang pagi-pagi benar. Ia akhirnya membawamu ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya. Kau dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari. Ia menyusutkan dagingmu dan kulitmu, tulang-tulangmu dipatahkan-Nya. Sungguh, kaurasakan bagaimana tangan Tuhan menghajar.
Kau jatuh. Luruh. Runtuh. Napasmu tersengal-sengal, menahan rasa sakit yang sangat sakit. Air matamu mengalir tak terbendung. Remuk jiwa karena hati yang patah. Ia menceraikanmu dari kebahagiaan dan kekuatan semu. Hilang lenyap segala kepuasan. Manusia datang dan menghilang. Tak ada lagi yang dapat kau andalkan. Kebebalanmu mengubah kesukaanmu menjadi abu.
Pelukkan Sang Bapa
Dalam gemuruh kesahmu, kau bersimpuh menelungkup dalam pilu. Kau mengangkat hatimu yang telah mendurhaka sampai Ia memandang dari aras ketinggian-Nya. Kau berharap kasih-Nya sebab jiwamu sengsara sekaligus merana. Kau terperanjat kelu tak bergeming, titik sejuk embun menetes di hamparan hati yang gersang mengering. Secercah binar cahaya menyuar gelapnya jiwa yang terperosok ke dalam kawah duka lara. Kau menghambur dalam peluk-Nya. Tangismu pecah menerobos sesaknya dada.
Dalam megah semarak keagungan-Nya, Ia datang melayat dalam duka. Hati-Nya masygul. Ia memukul, tapi juga membebat luka. Menenangkan jiwa. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati. Tidak selamanya Ia menghukum, tidak dibalas-Nya kepadamu setimpal dengan kesalahanmu. Ia menegur dan menghajar sebagai bentuk ketegasan-Nya dalam menyayang dan mencinta.
Cinta Sang Bapa
Kau sembuh dan hatimu berkata menyesallah orang yang meletakkan harapan serta kebahagiaannya pada manusia. Yang hatinya menjauh dari pada Tuhan. Mereka yang menaruh harapannya pada Tuhan, tak akan pernah dikecewakan.
“Manusia bagaikan asap yang kelihatan sebentar saja lalu lenyap.
Kebahagiaan sejati adalah milik setiap orang yang mengandalkan Tuhan.”
Carilah Dia. Carilah wajah-Nya selalu. Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat. Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya.
Perihal pahit yang pernah kau cecap merupakan cara-Nya agar kau balik pada-Nya. Kasih-Nya telah mengubah hidupmu, mendidikmu, dan menyatakan kesalahanmu. Semua yang menetap di bumi adalah fana, datang dan pergi kapan saja, tanpa pernah terduga. Allah Tuhanmu itulah kekuatanmu. Sekalipun pohon mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kau tetap akan bersuka di dalam Tuhan.
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih Sang Bapa.
Kesabaran-Nya adalah kesempatanmu untuk menyadari kekeliruanmu.”
Luka yang tersemat adalah tanda bahwa Ia mencinta dan memberi selamat. Kau anak-Nya yang sangat berharga. Ia adalah Tuhan yang selalu menunjukkan kasih setia-Nya. Hati-Nya adalah hati seorang Bapa yang lembut, namun Ia pun tak segan merenggut yang menurut-Nya tak patut.
Radian Kristiani