Lubang Kebocoran

91 2

Mengapa hujan turun di atap rumahmu?
Mengapa terus-menerus menderas di atasmu?
Mengapa harus engkau?

Banyak mengapa yang kau tanyakan untuk sekadar memuaskan hasratmu melimpahkan kepedihan. Maut memukulmu di medan pertandingan yang menyisahkan lubang kebocoran di atap rumahmu. Saat ini kau terus berupaya untuk menutupi dan menangkal kebocoran dari lubang itu. Namun anehnya, rintikan air tetap turun dari lubang itu. Seakan lubang itu tak pernah dapat diperbaiki dan tak peduli hujan ataupun tidak, derai air tetap menetes tak berkesudahan.

Lubang Penggerus Lara

Lubang kebocoran itu terus menggerus laramu hingga matamu enggan terlelap. Pikiranmu mengelana tak berjejak. Kecemasan menyeretmu pada kemungkinan-kemungkinan terburuk. Menghantui setiap sel tubuhmu. Menciptakan ketakutan yang mencekam jiwamu. Bagaikan hantu yang terus menghantui, merongrong sukma hingga layu. Menenggelamkanmu dalam kenestapaan.

Penyesalan tak berujung membunuh harapanmu, meninggalkan luka menganga dan bernanah atas nama kematian. Ingin kau teguk kembali gelak tawa dan aroma tubuhnya karena kau tak ingin berlalu dari pelukannya. Saat kematian itu tiba, kau ingin menjadi onggokan batu yang melindungi tubuhnya dari rayap dan waktu yang tak berperasaaan.

Kidung Merdu Bersenandung

Kala sang surya masih enggan meninggalkan peraduan dengan langit kelabu semburat lembayung fajar, kau melangkahkan kaki tak beratma menuju ladang untuk sekedar memutar denyut jantungmu. Kau hirup hawa yang masih menyelimuti bentala dan langkahmu terhenti di tepi kali. Tertegun kau sejenak menyaksikan seekor ular berenang menantang arus deras grojogan kali. Sekuat tenaganya, ia berenang menyebrang ke tepian. Sekelibat saja pandanganmu teralih, kau memandang dari ketinggian terlihat hamparan padang pasir yang bergelombang terkena terpaan angin. Tidak jauh dari padang pasir itu, terlihat padang rumput yang indah dan memikat.

Sekumpulan orang sedang menari dan menyenandungkan nyanyian yang sangat merdu dan indah di padang rumput itu. Wajah mereka tampak berseri seakan tak ada lagi kepahitan yang bersemayam. Kau lihat wajah yang tak asing bagimu. Wajah yang sangat kau rindukan tersenyum bahagia di tengah-tengah kumpulan itu. Seketika matamu tersingkap dari jelaga, telingamu berdenging merobek selaput yang menutupi. Kidung pujian mengumandang memuji kebesaran-Nya dan semua orang bersorak menyambut hadirat-Nya.


Penutup Lubang Kebocoran

“Seperti biji gandum jikalau tidak jatuh ke dalamtanah dan mati,
ia tetap satu biji saja.
Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”

 

Kau tersentak dengan penglihatan yang kulihat ini. Kehangatan dan kesegaran menyelimutimu. Kau berderai air mata di tepi kali. Kau diselimuti pengertian yang membanjiri pikiranmu yang berkata-kata:

“Bila manusia boleh memilih tak ada seorang pun yang menginginkan sebuah perpisahan, terutama kematian. Namun, ketika Aku sudah berkehendak sekuat apapun manusia tak akan bisa mengelaknya. Karena sejatinya, rumahmu ada bersama-Ku di surga. Kebahagiaan tertinggimu adalah Aku.

Dan hidupmu di dunia ini hanyalah sekadar untuk mampir minum. Dan seperti biji gandum jikalau tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Lubang kebocoran yang tak pernah dapat kau perbaiki itu seharusnya kau perbaiki dalam dekapan-Ku. Meminta-Ku menutup lubang kebocaranmu dan bukan justru menyalahkan-Ku atas terbentuknya lubang itu. Datanglah kepada-Ku. Karena hanya Akulah Sang Penyembuh. Dan tak ada yang dapat mencintaimu sebesar cinta-Ku.

Langit saja tak selamanya Kubuat cemerlang, ada kalanya suram dan turun hujan. Begitu pula hidupmu, ada kalanya tergelak dan meratap. Itu semua wajar terjadi dan akan terulang silih berganti, hingga saatnya nafasmu terhenti.”

Tepat saat itulah, ketika kau menengadah, seekor burung merpati terbang di atasmu. Akhirnya kau pun tahu bahwa lubang kebocoranmu tak layak lagi kamu pertahankan. Kau sudah menemukan dekapan yang jauh lebih hangat dan meneduhkan.

Ruth Lana Monika

2 comments

  1. Trs berkaya dan berkarya…..

    1. Maturnuwun romoku. Pangestunipun romo.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.