Apa Itu Depresi: Gejala dan Stigma Salah yang Perlu Kita Tahu

Depresi itu sebenarnya seperti apa, sih? Kita pasti sudah pernah mendengar kata “depresi” dan topik ini menjadi sering dibahas seiring dengan meningkatnya penderita depresi. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2023 adalah sebesar 1,4%. Prevalensi tertinggi ada pada kelompok anak muda usia 15-24 tahun, yaitu sebesar 2%.

Berkaca dari data tersebut, sudah sewajarnya kita mulai belajar dan memahami depresi secara lebih mendalam. Apalagi depresi juga mulai rentan dialami kelompok usia muda, mulai dari yang masih bersekolah hingga bekerja.

Bersama dr. Stephen Iskandar, Sp.KJ, Teman Berteduh membuat ulasan mengenai apa itu depresi beserta berbagai stigma salah yang mesti kita pahami. Yuk, kita simak bersama-sama!

Apa itu depresi dan bagaimana gejalanya?

Depresi merupakan suasana hati sedih atau tertekan dan kehilangan minat yang tidak seperti biasa serta berlangsung secara terus-menerus. Kondisi ini dapat memengaruhi cara seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berdampak negatif ke kehidupan sehari-hari.

Gejala dari depresi sendiri sangat bervariasi bagi setiap individu. Tanda-tanda yang biasanya terlihat dapat berupa:

  • Murung
  • Putus asa
  • Kelelahan
  • Pikiran maupun perasaan cenderung negatif

Namun, depresi bisa pula menunjukkan tanda seperti:

  • Gangguan konsentrasi, mudah marah, sulit mengambil keputusan, mengabaikan hidup (misalnya dengan hidup tidak sehat).
  • Smiling depression (tampak baik-baik saja, bahkan banyak pencapaian), namun secara privat hidup dengan kondisi mental buruk.

Mengapa orang depresi sulit merasa senang?

Gejala lain dari depresi bisa dalam bentuk atypical depression, misalnya mood reactivity. Dalam kondisi ini, seseorang yang depresi tidak selalu tampak murung terus-menerus. Dia masih bisa merasa senang. Namun, sifatnya hanya sementara saja.

Misalnya, seseorang tampak gembira saat bertemu teman-teman, tetapi setelah itu kembali depresi karena hanya respon mood sementara terhadap situasi.

Orang yang mengalami depresi kesulitan merasa senang atau bahagia. Ada dua kondisi yang menjadi penyebabnya:

apa itu depresi
Credit: jcomp via Freepik
  • Anticipatory Anhedonia: Kondisi di mana penderita depresi tidak bisa membayangkan atau menginginkan hal menyenangkan, bahkan yang sebelumnya disenangi.
  • Consummatory Anhedonia: Kondisi di mana penderita depresi tidak bisa merasakan kesenangan dalam berbagai kegiatan, sekalipun itu seru ataupun asyik.

Upaya apa yang bisa dilakukan penderita depresi?

Bagi penderita depresi, rasa senang tidak bisa muncul dengan sendirinya. Pada akhirnya, orang yang mengalami depresi mesti mengupayakan sesuatu guna memulihkan kondisinya. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Terapi: Secara psikologis mulai menyadari negative thought yang membuat depresi.
  • Pengobatan medis: Mengikuti pengobatan yang diberikan dari profesional kesehatan mental (psikiater).
  • Mengusahakan pola hidup sehat setiap hari: Mulai dari olahraga, mengonsumsi makanan sehat, jurnaling, hingga memiliki waktu tidur yang berkualitas.

Apa saja stigma yang salah perihal depresi?

Sayangnya, sebagian orang yang mengalami depresi memilih menutupi kondisinya dengan “topeng” atau bahkan enggan meminta bantuan.

Hal ini terjadi karena begitu banyaknya stigma-stigma depresi yang salah di masyarakat:

  • Mengatasi depresi cukup dengan memperkuat iman.
  • Depresi itu cuma masalah pola pikir negatif saja.
  • Depresi tidak banyak berdampak ke kehidupan.
  • Banyak orang hidup lebih berat sehingga kondisi seperti saya ini masih baik-baik saja.
  • Kalau konsultasi pasti diberi obat dan akan ketergantungan.

Selain itu, ketiadaan ruang sosial yang aman sering kali membuat penderita depresi makin menutup  diri. Maka, kini sudah waktunya kita tidak melabeli orang yang mengalami depresi dengan stigma-stigma salah tadi.

Dukungan apa yang bisa kita berikan?

Dengan memahami apa itu depresi, kita menjadi bisa belajar lebih berempati pada orang yang tengah mengalaminya. Jika ada orang terdekat kita yang mengalami depresi, kita bisa lho memberikan dukungan seperti:

  • Kehadiran. Hadir seutuhnya dan menemani. Tindakan sederhana, tetapi justru sangat bermakna bagi penderita depresi.
  • Tidak menghakimi. Mencoba memahami dan menerima apa pun kondisinya, tanpa perlu mencari-cari apa yang salah dari dirinya.
  • Pertolongan nyata. Menawarkan bantuan semampunya jika memang diperlukan dengan tulus. Misalnya, menemaninya berkonsultasi ke profesional kesehatan mental.
  • Kata-kata suportif yang menguatkan dan memberikan dukungan. Perhatikan untuk tidak memberikan masukan atau nasihat yang sifatnya klise atau sekadar basa-basi.

Itulah tadi rangkuman mengenai depresi yang semoga bisa meningkatkan pemahaman dan kesadaran kita akan kesehatan mental.

Buat teman-teman yang sering merasa berbeban berat atau tertekan dan butuh pendampingan, coba deh ambil Sesi Konseling bersama Professional Listener Teman Berteduh. Melalui konseling, teman-teman akan didorong menggali dan mengurai berbagai perasaan dan kondisi yang mengganggu.

Pilih Professional Listener di sini dan temukan upaya terbaik untuk memperbaiki masalahmu sekarang!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *